A.
JUDUL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 007 MUKTIJAYA
B.
BIDANG ILMU : PENDIDIKAN MATEMATIKA
C.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Matematika membekali peserta didik
untuk mempunyai kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan
kreatif serta kemampuan bekerja sama. Oleh sebab itu, pelajaran matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik di mulai dari sekolah dasar
(Depdiknas, 2006)
Hal ini sejalan dengan tujuan
pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan, yaitu (1)
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, prihatin, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah(Depdiknas, 2006).
Dari tujuan pembelajaran matematika di
atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melatih siswa untuk
mengembangkan kemampuan dalam menarik kesimpulan, kreatif, mampu menyelesaikan
masalah, dan pembentukan keterampilan matematika untuk mengubah tingkah laku
siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan efektif tidaknya
suatu proses pembelajaran (Sudjana, 2000). Salah satu indikator keberhasilan
siswa menguasai matematika dilihat pada hasil belajar matematika yang diperoleh
siswa. Hasil belajar yang diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajar
matematika tinggi dan mencapai ketuntasan belajar matematika. Ketuntasan
tersebut dapat dilihat dari skor hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti
proses belajar matematika. Siswa dikatakan tuntas apabila skor hasil belajar
matematika siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (Depdiknas, 2006).
Memahami tujuan matematika yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka sudah sewajarnyalah pelajaran matematika
seharusnya disenangi oleh siswa yang diwujudkan dengan hasil belajar yang lebih
baik. Namun kenyataan di lapangan harapan tersebut berkebalikan, hasil belajar
matematika siswa kelas V SDN 007 Muktijaya masih rendah. Hal ini didasarkan dari
persentase jumlah siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
yang telah ditetapkan sekolah yaitu 60. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel
1 : Persentase dari 36 siswa yang mencapai KKM kelas V SDN 007 Muktijaya tahun
pelajaran 2010/ 2011.
No
|
Materi
Pokok
|
KKM
|
Jumlah
Siswa Mencapai KKM
|
Presentase
Siswa Mencapai KKM
|
1
|
Operasi hitung
bilangan bulat
|
60
|
17
|
47,2
%
|
2
|
KPK dan FPB
|
60
|
20
|
56,3 %
|
3
|
Pengukuran
waktu
|
60
|
25
|
69,4
%
|
4
|
Luas bangun
datar
|
60
|
20
|
56,3
%
|
5
|
Volume bangun
ruang
|
60
|
18
|
50.00%
|
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah siswa yang
mencapai KKM yang ditetapkan sekolah belum memuaskan.
Rendahnya
hasil belajar matematika siswa di kelas V SDN 007 Muktijaya pada semester ganjil tahun pelajaran
2010/2011 dikarenakan dalam proses pembelajaran matematika selama ini masih
ditekankan pada metode ekspositori yaitu guru berceramah dan bertanya jawab dengan
siswa. Hal ini mengakibatkan hanya siswa-siswa yang unggul saja yang aktif
dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa yang lemah kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan ini juga mengakibatkan siswa yang lemah malu untuk bertanya kepada
guru, terjadinya siswa yang pasif didalam kelas dan kurangnya interaksi antar
siswa sehingga pembelajaran yang berlangsung kurang aktif.
Usaha yang dilakukan peneliti untuk
menanggulangi hal tersebut yaitu dengan mengadakan perbaikan, baik dalam
membuat persiapan mengajar maupun dalam proses pembelajaran yaitu dengan
menerapkan pembelajaran kelompok. Dengan tujuan semua siswa ikut aktif dalam
proses pembelajaran dan dapat saling bekerja sama antara satu dengan yang
lainnya. Pada pembelajaran kelompok ini dibentuk kelompok heterogen berdasarkan
kemampuan akademis siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan akademis
rendah, tinggi dan sedang. Pada saat diskusi kelompok tidak semua anggota
kelompok ikut aktif, masih banyak siswa yang hanya menunggu hasil kerja dari
dari teman dalam kelompoknya tanpa berusaha terlebih dahulu. sehingga usaha ini
juga belum menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika.
Mengingat berbagai usaha yang dilakuakan
belum membuahkan hasil maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar.
Karena penerapan model pembelajaran ini memiliki keunggulan dimana siswa siswa
diajak untuk berperan serta dalam setiap proses pembelajaran. Pada proses
pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk berbagi informasi secara singkat
dan teratur dalam bentuk diskusi kelompok. Pembentukan kelompok dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu kelompok lingkaran kecil dan kelompok lingkaran besar.
Pada saat pembelajaran berlangsung, kelompok lingkaran besar akan berpindah
sesuai perputaran arah jarum jam untuk berbagi informasi dan kelompok lingkaran
kecil diam di tempat. Dengan kegiatan yang dilakukan ini, selain tidak
membosankan bagi siswa juga siswa akan terlibat aktif dalam diskusi.
Model pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar ini akan mengakibatkan
terjadinya pertukaran informasi antara siswa yang pandai dengan siswa yang
kurang pandai, sehingga siswa yang kurang pandai akan menjadi lebih paham dan
siswa yang pandai akan semakin bertambah pemahamannya serta penguasaan terhadap
materi yang diberikan.
Model pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar dapat memberikan suasana baru
bagi siswa karena semua siswa diikut sertakan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran ini meningkatkan keaktifan siswa sehingga termotivasi untuk
belajar dengan giat. Sehingga hasil belajar yang diperoleh memuaskan dalam arti
materi yang diberikan dikuasai oleh siswa.
Dari uraian diatas, peneliti
merasa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran
besar dapat memperbaiki proses pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 007
Muktijaya. Terutama pada materi sifat-sifat bangun ruang semester genap pada
semester genap tahun ajaran 2010/2011.
D.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“apakah model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 007 Muktijaya?”
E.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 007 Muktijaya
melalui pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar pada
materi sifat-sifat bangun ruang.
F.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
·
Bagi siswa, dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang khususnya dikelas V SDN 007 Muktijaya
·
Bagi guru, dengan diterapkan model
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar ini, dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dalam hal merancang model
pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang optimal.
·
Bagi Sekolah Dasar Negeri 007 Muktijaya,
untuk dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan dan
memperbaiki kualitas pendidikan.
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi landasan berpijak dalam
rangka menindaklanjuti penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.
G. LANDASAN
TEORETIS
1. Hasil Belajar
Matematika
Menurut Sudjana (2000) belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan ini dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti pengetahuan, pemahaman,
sikap dan kemampuan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa itu sendiri, karena siswa adalah penentu terjadinya proses
belajar. Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Pendapat tersebut menyatakan bahwa belajar bertujuan untuk
mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku, ilmu pengetahuan dan
keterampilan seorang siswa.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2003). Perubahan yang dikehendaki dalam
penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dialami oleh siswa itu
sendiri yang ditandai dengan adanya perubahan pada siswa tersebut seperti pada pengetahuan, pemahaman, sikap
dan kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Hasil belajar merupakan faktor penting dalam
pendidikan. Djamarah (1994) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
penilaian pendidik terhadap kemajuan siswa setelah dilakukan proses
pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat ditentukan oleh proses pembelajaran dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah sebagai berikut: (1) faktor ekstern meliputi, guru sebagai
pembina siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian,
lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah. (2) faktor intern
meliputi, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar,
kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,
kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau
unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan
belajar, kebiasaan belajar, cita-cita siswa (Slameto, 2003).
Sudjana (2005) menjelaskan bahwa hasil belajar
adalah suatu kemampuan yang dicapai siswa setelah melalui kegiatan belajar.
Menurut Mulyasa (2004) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara
keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku
yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang
mengacu pada pengalaman langsung (Mulyasa, 2004). Dimyati dan Mudjiono (2002)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk
angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar setiap akhir
pembelajaran.
Berdasarkan
uraian teori-teori hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya
dalam bentuk angka-angka atau skor dari hasil tes setelah proses pembelajaran.
Adapun hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor
yang dicapai siswa setelah belajar matematika melalui proses pembelajaran
matematika dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran
Kecil Lingkaran Besar.
· Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1995) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa dalam berkelompok
kecil yang terdiri dari 4-6 siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif,
dengan struktur kelompok yang heterogen. Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam
hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Ibrahim
(2000) mengemukakan bahwa ada 4 ciri dari pembelajaran kooperatif, yaitu
: (a) siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk
dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) bila
mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda, (d) penghargaan lebih berorientasi terhadap kelompok daripada
individu.
Menurut Ibrahim (2000) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif terdiri dari enam fase. Adapun keenam fase tersebut disajikan dalam
Tabel 2 berikut :
Tabel
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkah laku
guru
|
Fase-1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase -2
Menyajikan
Informasi
|
Guru
menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
|
Fase-3
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase-4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
|
Fase-5
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase-6
Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
|
(Ibrahim, 2000)
Ibrahim
(2000) menjelaskan sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
yang diawali dengan :
·Menyampaikan Tujuan dan
Memotivasi Siswa
Guru yang berhasil memulai pelajaran dengan bahasa
yang mudah dipahami, dengan menunjukkan bagaimana pelajaran itu terkait dengan
pelajaran sebelumnya. Sulit bagi siswa untuk melaksanakan suatu tugas dengan
baik apabila mereka belum jelas tentang mengapa mereka melakukan kegiatan itu
atau apabila kriteria keberhasilan tidak diberitahukan secara terbuka.
·Menyajikan
Informasi
Menyajikan informasi verbal kepada siswa dan
memberikan langkah-langkah pembelajarannya. Guru pada sekolah-sekolah sering
mengasumsikan siswa mereka dapat membaca dan memahami tugas yang diberikan
hanya dengan menyuruh mereka membaca buku teks. Hal ini merupakan asumsi yang
tidak benar. Guru yang berhasil adalah guru yang seharusnya mengasumsikan
tanggung jawab untuk membantu siswa menjadi pembaca yang baik.
·Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar dan mereka mulai menangani tugas mereka merupakan satu langkah paling
sulit bagi guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif. Cara untuk membantu
mengorganisasikan kelompok belajar yaitu membantu transisi, mengelola dan
membantu kerja kelompok, mengajarkan kerja sama.
·Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif yang tidak rumit memungkinkan siswa
menyelesaikan pekerjaan mereka dengan ikut campur atau bantuan minimum dari
seorang guru. Untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif yang kompleks,
guru mungkin perlu bekerja lebih dekat dengan tiap kelompok siswa, mengingatkan
mereka akan tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dan waktu yang disediakan
untuk tiap langkah. Ada suatu aturan untuk diikuti selama fase ini dalam satu
pembelajaran kooperatif. Ikut campur yang terlampau banyak atau bantuan yang
tidak diinginkan dapat mengganggu siswa. Hal ini juga dapat meniadakan
kesempatan siswa untuk berinisiatif dan bekerja dengan arahan diri sendiri.
Pada saat yang sama, apabila guru menemukan siswa tidak jelas tentang petunjuk
atau mereka tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan, maka
guru harus melakukan intervensi dan menawarkan bantuan.
·Evaluasi
Menggunakan strategi penilaian dan evaluasi yang
konsisten sangat penting, tidak hanya dengan tujuan pembelajaran suatu
pelajaran tertentu melainkan juga dengan model pengajaran tertentu yang sedang
digunakan. Prosedur penilaian dan evaluasi diuraikan berdasarkan pada asumsi
bahwa guru itu sedang menggunakan suatu sistem penghargaan kompetitif atau
individualistik. Karena model pembelajaran kooperatif bekerja dibawah struktur
penghargaan kooperatif dan karena banyak pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk mencapai pembelajaran kognitif dan sosial yang kompleks, dibutuhkan
pendekatan penilaian dan evaluasi yang berbeda.
·Memberikan
penghargaan
Untuk menentukan penghargaan kelompok dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menghitung skor individu dan kelompok
Perhitungan skor tes siswa yang ditujukan untuk
menentukan nilai perkembangan siswa yang akan disumbangkan sebagai skor
kelompok. Nilai perkembangan siswa dihitung berdasarkan selisih perolehan skor
terdahulu (skor dasar) dengan skor tes terakhir. Dengan cara ini setiap anggota
kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal
bagi kelompoknya. Nilai perkembangan individu dalam pembelajaran kooperatif
mengacu pada kriteria yang dibuat Slavin (1995) yang terlihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.
Perhitungan nilai perkembangan
No
|
Skor
tes
|
Nilai
Perkembangan
|
1.
|
Lebih dari 10
point di bawah skor dasar
|
5
|
2.
|
10 point
hingga 1 point di bawah skor dasar
|
10
|
3.
|
Sama dengan
skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
|
20
|
4.
|
Lebih dari 10 poin
di atas skor dasar
|
30
|
5.
|
Nilai sempurna
(tidak berdasarkan skor dasar)
|
30
|
(Slavin, 1995)
b.
Penghargaan kelompok
Slavin (1995) menyebutkan penghargaan kepada
kelompok yang berprestasi diberikan berdasarkan rata-rata skor
peningkatan/perkembangan dalam tiap kelompok, dengan kategori kelompok baik,
kelompok hebat dan kelompok super sebagai berikut:
1. Kelompok dengan rata-rata skor 15
sebagai kelompok baik
2. Kelompok dengan rata-rata skor 20
sebagai kelompok hebat
3. Kelompok dengan rata-rata skor 25
sebagai kelompok super
Slavin (1995) menyatakan bahwa guru boleh mengubah
kriteria tersebut, jika
menyatakan rata-rata
skor kelompok, maka dalam penelitian ini penulis membentuk kriteria penghargaan
kelompok dengan cara rata-rata tertinggi setiap kelompok 30 dan rata-rata
terendahnya 5 dengan rentang rata-rata 30 – 5 = 25. Galton yang dikutip oleh
Suherman (1990) menyatakan bahwa dalam satu kelas dapat dibagi menjadi 3
kelompok yaitu:
·15,87
% siswa kelompok rendah.
·68,26
% siswa kelompok sedang.
·15,87
% siswa kelompok tinggi.
Berdasarkan hasil di atas, peneliti
membuat interval nilai perkembangan untuk menentukan kriteria penghargaan
kelompok. Untuk kelompok baik yaitu 15,87% x 25 = 3,97. Untuk kelompok hebat
yaitu 68,26% x 25 = 17,06. Untuk kelompok super yaitu 15,87% x 25 = 3,97.
Berdasarkan interval nilai perkembangan di atas, diperoleh kriteria penghargaan
kelompok sebagai berikut:
a.
, dikatakan kelompok baik.
b.
, dikatakan kelompok hebat.
c.
, dikatakan kelompok super.
3.
Teknik Pembelajaran Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Lie
(2008) berpendapat bahwa teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran besar
memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi dengan pada
saat bersamaan. Teknik pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk berbagi dengan
kelompok yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, terjadi kerja
sama antar siswa dalam suasana gotong royong dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi yang menimbulkan keadaan aktif. Teknik pembelajaran lingkaran
kecil lingkaran besar terdiri dari kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok
ini dilakukan sebelum proses pembelajaran dimana kelompok akan membentuk
kelompok lingkaran kecil dan sebagian lagi akan membentuk kelompok lingkaran besar.
Ilustrasi
teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran besar dapat dilihat pada gambar
berikut:
C
Gambar 1. Ilustrasi pembelajaran Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Kelompok
A, B, C, dan D adalah kelompok lingkaran besar, sedangkan kelompok E, F, G dan
H adalah kelompok lingkaran kecil.
Menurut Lie ( 2008 ) pembelajaran kooperatif teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
memiliki beberapa langkah. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut :
·
Separuh kelas ( atau
seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak )
membentuk lingkaran menghadap keluar. Kelompok ini disebut kelompok
lingkaran kecil.
·
Separuh kelas lainnya
membentuk lingkaran diluar kelompok lingkaran kecil disebut kelompok lingkaran
besar. Mereka menghadap kedalam dan berpasangan dengan kelompok liingkaran
kecil.
·
Dua kelompok yang berpasangan dari
lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagi informasi. Siswa yang berada dilingkaran kecil yang
memulai. Pertukaran informasi ini
bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
·
Kemudian, siswa yang berada
di lingkaran besar diam ditempat, sementara siswa yang berada dilingkaran kecil
berpindah searah jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing kelompok mendapatkan
pasangan yang baru untuk
berbagi.
·
Sekarang giliran kelompok
yang berada dilingkaran besar yang membagikan informasi. Demikian seterusnya.
Perpindahan
yang dilakukan pada proses pembelajaran ini bertujuan agar masing-masing
kelompok dapat berbagi informasi dengan kelompok lain dan melatih keterampilan
siswa dalam berkomunikasi. Perpindahan dilakukan setelah siswa mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Perpindahan pada proses pembelajaran ini dilakukan oleh kelompok lingkaran
besar untuk menghemat waktu serta mempermudah proses pergeseran.
Sebelum
memulai pembelajaran terlebih dahulu dirancang kelompok-kelompok kecil. Jumlah
anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang. Kelompok yang
dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik yang terdiri dari siswa pandai,
sedang dan kurang.
Berdasarkan
teori yang dikemukakan Lie diatas, maka pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran kecil dan lingkaran besar yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan kelas adalah :
1. Separuh kelas membentuk lingkaran menghadap keluar lingkaran,
disebut kelompok lingkaran kecil.
2. Separuh kelas lainnya
membentuk lingkaran diluar kelompok lingkaran kecil, disebut kelompok lingkaran
besar. Mereka menghadap ke dalam dan berpapasan dengan kelompok lingkaran
kecil.
3. Dua kelompok yang
berpasangan dari kelompok lingkaran besar dan lingkaran kecil berdiskusi untuk
membahas lembar kerja siswa (LKS).
4. Diskusi ini dilakukan
oleh pasangan dalam waktu yang bersamaan.
5. Kemudian, kelompok yang
berada dilingkaran besar diam ditempat, sementara itu, kelompok yang berada
dilingkaran kecil berpindah searah jarum jam.
6. Dengan cara ini,
masing-masing kelompok mendapat pasangan yang baru untuk berbagi.
7. Demikian seterusnya,
kelompok dilingkaran kecil terus berpindah sampai mereka kembali kekelompok
semula. Pada posisi ini, setiap kelompok berdiskusi kembali untuk mengambil
keputusan akhir dari jawaban LKS.
8. Guru memerintah salah
satu siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya didepan
kelas
9. Guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya.
4.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran kecil Lingkaran Besar
Pembelajaran
kooperatif teknik Lingkaran kecil lingkaran besar dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan cara mengintegrasikan teknik Lingkaran kecil lingkaran
besar kedalam pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian langkah-langkahnya sebagai berikut:
Tabel 4 :
Langkah-langkah Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil
Lingkaran Besar
No
|
Tahap
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alokasi
Waktu
|
1
2
3
4
5
|
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
Evaluasi
Penghargaan
Kelompok (*)
|
·Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
·Guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk belajar
·
Guru menyampaikan informasi tentang penerapan
pembelajaran kooperatif dengan teknik lingkaran kecil lingkaran besar.
·
Guru mengkondisikan siswa untuk duduk ditempat
duduk yang telah ditentukan dan membagikan LKS kepada siswa. Siswa duduk di
kelompok belajar yang telah ditentukan dan menerima LKS yang diberikan guru.
·
Setiap anggota kelompok berdiskusi dalam kelompok
masing-masing untuk menyelesaikan LKS yang diberikan guru. Siswa boleh
bertanya kepada guru jika membutuhkan bimbingan dalam menyelesaikan LKS.
Guru
mengawasi dan membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS bagi siswa yang
membutuhkan bimbingan.
·
Dua kelompok yang berpapasan dari kelompok
lingkaran kecil dan lingkaran besar saling bertukar informasi. Mereka
berdiskusi mengenai jawaban LKS yang telah dikerjakan dikelompok
masing-masing. Kegiatan ini dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
Guru
membimbing dan mengawasi siswa saat terjadinya diskusi antar pasangan
kelompok.
·
Kelompok yang berada dilingkaran besar diam
ditempat, sementara itu yang berada
dilingkaran kecil berpindah searah jarum jam. Dengan cara ini masing-masing
kelompok mendapat pasangan yang baru untuk berdiskusi dan bertukar informasi.
Demikian seterusnya, kelompok dilingkaran kecil berputar sampai kembali
keposisinya semula
Guru
membimbing dan mengawasi siswa saat terjadinya perpindahan dan diskusi antar
kelompok.
·
Setelah kelompok yang dilingkaran kecil kembali
keposisi semula maka pada posisi ini setiap kelompok berdiskusi kembali untuk
mengambil keputusan akhir dari jawaban LKS.
Guru
mengawasi siswa saat terjadinya perpindahan dan diskusi masing-masing
kelompok untuk memutuskan jawaban akhir LKS.
·
Guru memerintah salah satu siswa dari setiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.
·
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran yang telah dipelajari.
·
Guru memberikan tes formatif
·
Guru memberikan tugas mandiri / PR untuk
dikerjakan di rumah.
·
Setelah tiga kali pertemuan, guru mengadakan
evaluasi dengan cara melaksanakan ulangan harian. Ulangan harian dikerjakan
secara individu oleh siswa. Ulangan harian dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
ulangan harian I dan ulangan harian II.
·
Guru memberikan penghargaan kelompok berdasarkan
kriteria penghargaan kelompok pada pembelajaran kooperatif
|
10
menit
5menit
5 menit
5
menit
5
menit
15
menit
5
menit
10
menit
10
menit
|
Catatan:
(*) = Penghargaan kelompok diberikan setelah
siswa melakukan ulangan harian I dan ulangan harian II.
5.
Hubungan Pembelajaran Kooperatif Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
dengan hasil belajar matematika
Penerapan Pembelajaran Kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar merupakan pembelajaran yang menuntut siswa
untuk lebih aktif berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan adanya tuntutan siswa
untuk lebih aktif berdiskusi dan memecahkan masalah sendiri maka siswa diharapkan lebih dapat menguasai materi
pelajaran tersebut. Penerapan pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil
lingkaran besar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur.
Pada saat kegiatan kelompok, terjadi interaksi siswa
dengan siswa dalam kelompok untuk mengeluarkan dan menyatukan ide-idenya yang
dapat memacu terbentuknya ide-ide baru yang akan memperkaya perkembangan
intelektual siswa. Dengan adanya interaksi seperti ini diharapkan masing-masing
kelompok saling berbagi dan bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.
Semakin banyak aktivitas yang dilakukan, pemahaman
siswa semakin bertambah. Jika pemahaman siswa bertambah maka hasil belajar akan
meningkat. Selain itu, pada akhir pembelajaran siswa dituntut untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, bila siswa dapat mempresentasikan
hasilnya dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa siswa mengerti dengan materi
tersebut. Jika siswa sudah mencapai tahap ini maka siswa dapat mengerjakan
soal-soal tes belajar dengan baik, dengan demikian hasil belajar siswa
meningkat. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
H.
HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis
tindakan dalam penelitan ini adalah jika diterapkan pembelajaran kooperatif
teknik lingkaran kecil lingkaran besar dalam proses pembelajaran matematika
pada materi pokok bangun ruang maka
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 007 Muktijaya
pada semester genap tahun ajaran 2010 / 2011.
I. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SDN 007
Muktijaya pada semester genap tahun
ajaran 2010 / 2011 bulan Mei – Juni 2011.
2. Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian tidakan
kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan mutu praktek pembelajaran di kelasnya (Arikunto, 2008).
Pelaksanaan dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan guru kelas IV SDN 007 Muktijaya
sebagai pengamat selama proses pembelajaran. Tindakan dalam penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran
besar.
Adapun
tahap-tahap penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2008) adalah sebagai
berikut:
Pelaksanaan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS
I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 2. Bagan Siklus Penelitian
Tindakan Kelas
Masing-masing
komponen pada siklus dalam penelitian ini berisikan sebagai berikut:
·Refleksi awal
Tahap pertama dimulai dengan refleksi awal yang
telah dikemukakan pada latar belakang. Hasil refleksi awal menunjukkan bahwa
pada saat latihan masih ada siswa yang malas untuk mengerjakannya. Guna
refleksi awal ini sebagai acuan untuk merencanakan siklus I.
·Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil
lingkaran besar. Sehubungan dengan itu, peneliti merancang perangkat
pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja
siswa, mempersiapkan tes hasil belajar dan mempersiapkan lembar pengamatan.
·Pelaksanaan
Pada
tahap ini peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Selama proses pembelajaran
siswa dikelompokkan sesuai dengan model pembelajaran kooperatif teknik
lingkaran kecil lingkaran besar.
·Pengamatan
Pada
tahap ini peneliti melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan, agar dapat melihat tindakan apa saja yang harus
diperbaiki dalam pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
kecil lingkaran besar. Proses pengamatan dilakukan oleh guru yang bekerjasama
dalam penelitian ini.
·Refleksi
Tahap
yang terakhir adalah refleksi hasil tindakan. Pada kegiatan ini peneliti
mencoba melihat kembali terhadap tindakan yang telah dilakukan dan dampaknya
bagi proses belajar siswa. Dengan cara ini peneliti bisa mengetahui kelemahan
dan keunggulan dari tindakan yang telah dilakukan
Penelitian ini direncanakan dua siklus. Siklus
pertama terdiri dari tiga kali pertemuan dan diakhiri dengan ulangan harian I.
Melalui lembar pengamatan pada siklus pertama akan terlihat
kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan tersebut kemudian direfleksi untuk diperbaiki pada proses
pembelajaran di siklus kedua. Pada siklus kedua ada tiga kali pertemuan dan
satu kali ulangan harian II.
3. Subjek penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa-siswa kelas V SDN 007 Muktijaya Tahun 2010/2011
yang berjumlah 36 orang yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 20 siswa
laki-laki dengan kemampuan yang heterogen.
·Instumen
Penelitian
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik maka
perlu dipersiapkan instrumen penelitian dengan baik. Adapun instrumen
penelitian yang perlu dipersiapkan adalah :
a. Perangkat
pembelajaran
Perangkat
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini terdiri dari silabus dan sistem penilaian, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa.
1. Silabus dan sistem
penilaian
Silabus
dan sistem penilaian merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam
melaksanakan tindakan dan disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada
kompetensi. Berdasarkan prinsip tersebut maka silabus dan sistem penilaian mata
pelajaran matematika meliputi : Identitas sekolah, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Materi pokok, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian
yang terdiri dari jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen, serta
alokasi waktu dan sumber belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran disusun secara sistematis yang berisi : standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, model dan metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang memuat kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini berfungsi sebagai acuan peneliti dalam
melaksanakan satu kali proses
pembelajaran atau lebih. Tujuannya agar proses pembelajaran
berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan silabus yang telah disusun.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar
kerja siswa memuat indikator, tugas dan langkah-langkah yang harus dikerjakan
dalam menyelesaikan masalah yang dikembangkan dalam membangun pengalamannya.
b. Instumen
pengumpulan data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah
data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, serta data
tentang hasil belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran.
1. Lembar Pengamatan
Data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan. Aktivitas guru
yang diamati antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
memotivasi siswa, memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari,
membagikan LKS kepada setiap siswa, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok
belajar, mengawasi dan mengarahkan siswa yang kurang memahami soal, meminta
siswa membahas LKS secara berkelompok, membimbing siswa dalam diskusi kelompok,
mengevaluasi jawaban soal yang masih rancu dan bersama siswa menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
2. Tes Hasil Belajar Matematika
Data hasil belajar matematika siswa dikumpulkan
dengan menggunakan tes hasil belajar pada materi sifat-sifat bangun ruang,
perangkat tes hasil belajar tersebut berupa kisi-kisi penulisan soal, naskah
soal, kunci jawaban. Kisi-kisi penulisan soal memuat kompetensi dasar, materi
pokok, uraian materi pokok, indicator soal, nomor soal serta skor dari
masing-masing soal. Ulangan harian terdiri dari ulangan harian I dan ulangan
harian II.
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data ini terdiri dari dua teknik:
1.
Teknik observasi
Data dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan pengamat, pengamat
mengisi lembar pengamatan tentang
aktifitas siswa dan guru yang telah disediakan pada tiap pertemuan. Wardani
(2002) menyatakan bahwa lembar pengamatan hendaknya dapat menampung semua
kegiatan real yang terjadi dalam kelas. Pengisian lembar pengamatan dilakukan
dengan cara menuliskan hasil pengamatan berupa kritik maupun saran terhadap
gambaran sebenarnya di kelas.
2. Teknik tes
Tes hasil belajar matematika
siswa dikumpulkan dengan melakukan ulangan harian pada materi pokok sifat-sifat
bangun ruang. Ulangan harian dilakukan sebanyak dua kali yaitu ulangan harian I
dan ulangan harian II.
6. Teknik Analisis Data
Data
yang sudah diperoleh melalui lembar pengamatan maupun tes hasil belajar
matematika kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang akan digunakan adalah
analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2007). Analisis data tentang aktivitas
siswa dan guru didasarkan dari lembar pengamatan selama proses pembelajaran,
dimana untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai jika aktivitas dalam proses pembelajaran
kooperatif teknik Lingkaran kecil lingkaran besar terlaksana sebagaimana
mestinya.
1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa
Analisis data tentang aktivitas siswa dan guru
didasarkan dari hasil lembar pengamatan selama proses pembelajaran. Pada lembar
pengamatan akan tampak kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru pada saat
menerapkan pembelajaran. Kekurangan-kekurangan tersebut akan direfleksi oleh
guru atau peneliti. Hasil dari refleksi ini dapat dijadikan sebagai langkah
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dan merencanakan
tindakan baru pada siklus II.
2.
Analisis Data Penghargaan Kelompok
Analisis data penghargaan kelompok dapat dilakukan
dengan menentukan nilai perkembangan siswa yang diperoleh dari selisih skor
dasar dengan skor tes hasil belajar matematika setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar. Selisih skor yang diperoleh
anggota kelompok disesuaikan dengan nilai perkembangan individu yang berpedoman
pada tabel 3 halaman 12.
Skor dihitung berdasarkan rata-rata nilai
perkembangan yang disumbangkan oleh anggota kelompok. Rata-rata dari setiap
nilai perkembangan individu disebut skor kelompok dan dilambangkan dengan
. Penghargaan kelompok disesuaikan dengan kreteria
penghargaan kelompok.
3. Ketercapaian KKM Indikator
Ulangan harian I dan ulangan harian II dianalisis
setiap indikatornya untuk mengetahui ketercapaian KKM 60 pada setiap indikator.
Ketercapaian KKM 60 pada setiap indikator dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Ketercapaian
indikator =
Keterangan
:
= Skor indikator yang
diperoleh
= Skor maksimum
4. Keberhasilan Tindakan
Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai
awal, ulangan harian I dan ulangan harian II. Nilai ulangan harian I dan
ulangan harian II dianalisis setiap indikatornya untuk mengetahui ketercapaian
KKM yang ditetapkan. Berdasarkan KKM yang ditetapkan di SDN 007 Muktijaya yaitu
60.
Menurut Suyanto (1997), apabila skor hasil belajar
siswa setelah tindakan lebih baik daripada sebelum tindakan, maka dapat
dikatakan bahwa tindakan berhasil, akan tetapi jika tidak ada bedanya dan
bahkan lebih buruk maka tindakan belum berhasil. Dengan kata lain jika tindakan
berhasil maka hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan kutipan diatas hasil
belajar matematika siswa meningkat jika terdapat skor hasil belajar kearah yang
lebih baik setelah tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., 2008,Penelitian Tindakan Kelas, Bumi
Aksara, Jakarta.
Depdiknas., 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Rineka
Cipta, Jakarta.
Dimyati
dan Mudjiono., 2006, Belajar dan pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah.,
1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya.
Ibrahim,
Muslim., 2000, Pembelajaran Kooperatif, Unesa-University Press, Surabaya.
Lie,
Anita., 2002, Cooperatif Learning, mempraktekkan kooperatif learning diruang-ruang
kelas, Grasindo, Jakarta.
Lie,
Anita., 2008, Cooperatif Learning, mempraktekkan kooperatif learning
diruang-ruang kelas, Grasindo, Jakarta.
Mulyasa,
E ., 2005, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Slameto.,
2003, Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya, PT.Rineka Cipta,
Jakarta.
Slavin,
R., 1995, Cooperatif Learning Theory Research and Practice, Boston Ally
and Bacon.
Sudjana,
Nana., 2000, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru algensindo.
Bandung.
Sudjana,
Nana., 2004, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono,
2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, Alfabeta,
Bandung.
Suyanto,
1997, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Dikti Depdiknas, Yogyakarta.
Wardani,
2002, Penelitin Tindakan Kelas, Pusat penelitian Universitas Terbuka,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar